Lalu, bulan bertanya kepadaku, "Di antara aku dan bintang, siapa yang akan kau pilih untuk menemanimu di sisa hidupmu?"
Aku terdiam sejenak, tak langsung menjawab. "Tak sulit bukan? Pilihlah di antara kami yang paling kau senangi. Ikuti kata hatimu." bintang menimpali.
"Mengapa aku harus memilih salah satu dari kalian? Bukankah kalian bersahabat? Kalian saling menerangi saat hariku suram. Kalian menuntunku saat jalanku terasa buntu. Sayangku kepada kalian sama rata. Bulan penting bagiku, sama pentingnya bintang untukku." jawabku.
"Hidup ini pilihan, Putri. Kau tak bisa hidup dengan kami berdua. Kau harus memilih. Dengar, dengan bersamaku, aku akan menuruti segala kemauanmu. Aku akan menyanggupi semua permintaanmu. Aku bisa memberimu purnama paling indah yang pernah ada," bujuk sang bulan.
"Tapi, bukankah cahayamu itu semu, bulan? Cahayamu itu pantulan dari sang surya. Kau tidak bisa bercahaya sendiri layaknya aku. Pilihlah aku, Putri. Aku akan melukis wajahmu di angkasa dengan cahayaku. Dengan begitu, semesta akan tahu betapa cantiknya dirimu," bintang merayu tak mau kalah.
"Sudahlah, kalian jangan bertengkar. Aku tak mungkin memilih salah satu dari kalian. Nanti, tak akan ada lagi dongeng tentang bintang dan bulan. Takkan ada lagi lagu tentang bulan dan bintang. Aku tak mau itu terjadi," aku berusaha memberi penjelasan.
"Lagipula..." aku menambahi. "Aku sudah memilih siapa gerangan yang akan menemani hari-hariku hingga nanti ajal menjemputku," kataku sedikit ragu.
"Siapa dia, Putri?" tanya bintang dan bulan berbarengan, penasaran.
"Aku akan memilih laki-laki yang membangunkanku dari mimpi ini. Lelaki yang akan membawaku ke kehidupan nyata." jawabku lantang, kini tanpa ragu.
Suka dengan tulisan ini bu...
BalasHapusauw, auw, auw... *tersipu malu*
BalasHapus3makasih ya bun (:-*) *kiss u*
Tulisan ini mendekam di HP gw selama 7 bulan! Akhirnya, gw turunin juga nih tulisan. Iseng-iseng berhadiah, hehehe...