Anita berencana akan menghabiskan week end ini dengan memanjakan diri di salon langganannya. Maklum, sudah beberapa bulan terakhir ia tengah sibuk dengan pekerjaannya. Profesinya sebagai konsultan pajak memang banyak menyita waktunya. Jangankan untuk berlama-lama treatment di salon, istirahat di rumah pun rasanya sulit.
Sesampainya di salon, Anita langsung disambut hangat oleh para stylist di sana yang kebanyakan waria. “How are you Jeng Anita, long time no see, udah lama nih enggak nyalon?” tanya salah seorang stylist dengan gaya khas waria. “Hi Ovy, I’m fine, thank you. How are you?” balas wanita berambut panjang itu.
“We are fine too, sweety. Ke mana aja sih selama ini?” tanya stylist yang bernama Ovy itu. “Kenapa? You kehilangan pelanggan yang baik kayak I ya?” Anita iseng menggoda Ovy. “Iyalah, secara Jeng yang paling getol ke sini tiba-tiba menghilang ditelan bumi. Anyway mau treatment apa nih?” tanya Ovy lagi sambil membimbing arah jalan Anita ke meja rias yang terlihat kosong.
“Biasalah, manicure, pedicure, facial sama hair spa ya Mas,” jawab Anita sambil menjatuhkan badannya di atas bangku. “Jeng please deh, masa’ I dipanggil Mas, just call me Ses Ovy aja kali,” ujar Ovy sewot.
“Oh iya, I’m sorry Ses Ovy, hehehe,” ejek Anita disertai gelak tawa. Suasana salon pun menjadi ramai dengan celetukan-celetukan stylist lain yang ikut menertawai Ovy. “Ih kalian jahat, ikut nimbrung aja,” ujar Ovy pada teman-temannya. Bukannya mereda, teman-temannya malah kian ramai menyoraki Ovy.
“Ke mana aja sih Jeng baru mampir?” tanya Ovy seraya mengajak Anita untuk dikeramas. “Aduh ini rambut... udah kayak sapu ijuk!” ujar Ovy sambil menuangkan shampoo. Anita tersenyum kecut mendengarnya.
“Apalagi mukamu Jeng, liat ini jerawat apa kerikil yang pada nempel, banyak banget, pasti enggak keurus ya?” tanya Ovy lagi sambil memegangi rambut Anita dan dia mulai meneliti bagian mana saja dari muka dan rambut Anita yang harus di-treatment.
“Iya nih I baru ada waktu ke sini, kemarin I sibuk banget, biasalah ngurusin pajak klien-klienku. Oh iya, nanti tolong massage kepala sama pundak I agak kuat ya,” pinta Anita. “Sip! Serahkan pada Ses Ovy,” sahut Ovy sambil menepuk dadanya.
“I percaya deh, service Ses Ovy pasti memuaskan. Kalo enggak kan mana mungkin I mau Ses yang handle buat treatment I,” ujar Anita. Ovy merah merona mendengarnya.
Ovy lalu menggiring Anita menuju meja rias kembali setelah mengeramasi Anita. Tiba-tiba percakapan mereka terhenti oleh dering telepon genggam milik Anita. “Oh sunset policy, dasar hukumnya Pasal 37A Undang-Undang KUP Bu, gampanglah besok kita bicarain di kantor,” jawab Anita pada suara di seberang sana. Sementara dengan raut wajah serius Ovy memperhatikan Anita bercakap-cakap di telepon.
“Jeng, kalau pegawai KUA kan ngurusin kayak pernikahan sama perceraian gitu, terus kalau pegawai KUP itu ngurusin apa aja sih?” tanya Ovy penasaran lantaran mendengar kata KUP yang diucapkan Anita pada koleganya tadi.
”Wah kayaknya Ses salah paham nih, KUP itu salah satu jenis undang-undang yang ada di pajak. Selain Undang-Undang PPh, PPN, PBB... Nah, KUP kependekan dari Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan...” jawab Anita yang sedikit kikuk bercampur bingung saat menjawab pertanyaan Ovy.
”Oh My God, I kira KUP itu Kantor Urusan Pajak, semacam KUA yang kependekan dari Kantor Urusan Agama, Jeng,“ jawab Ovy sekenanya lengkap dengan mimik wajah lugunya, lagi-lagi disambut gelak tawa di sana lantaran Ovy mencoba menirukan gaya Tukul Arwana yang memainkan bibirnya.
”Kalau kantor yang biasa menangani pajak namanya KPP kependekan dari Kantor Pelayanan Pajak. KPP ini berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Pajak atau biasa disingkat DJP. Jadi kalau mau lapor SPT atau berurusan dengan petugas pajak di tempatnya bukan di KUP tapi di KPP, gitchu Ses,” Anita menambahi sambil menahan tawa karena geli.
”Whatever-lah Jeng,” ujar Ovy memelas dan pasrah.
”Wait-wait, kok pake gunting? Aku kan cuma treatment manicure, pedicure, facial, sama hair spa aja,” cegah Anita refleks sekaligus kaget ketika melihat Ovy akan menggunting rambutnya.
”Dengan massage yang agak kencang di kepala sama pundak kan? I’m so sorry Jeng. I never meant to make you disappointed. Mendingan kita ganti topik obrolan aja ya, Jeng. I enggak hoki nih kalo ngomongin pajak,” ujar Ovy sambil menunduk karena malu hati.